Louis Vuitton, acusada de infringir los Derechos de Autor de un artista

Las infracciones a los Derechos de Autor están a la orden del día.

Empresas, monumentos, artistas e incluso animales se encuentran entre los involucrados.

En esta ocasión se trata de Louis Vuitton, marca que podría hacer violado los Derechos de Autor del artista balinés Gus Teja.

La razón: una composición utilizada por la marca de lujo para el lanzamiento de su plataforma de comercio electrónico en Malasia.

Las pruebas

Una mezcla de felicidad y decepción, así lo expresó el artista cuando realizó la publicación de la marca en su propia cuenta de Instagram:

Ver esta publicación en Instagram

It’s a mixed feeling of being both happy and disappointed at the same time. I believe musicians and music composers around the world will feel proud when their compositions is being used by a giant brand. However, in my case, this brand didn’t seek any permission or even credit mentioned the artist in any part of the video or descriptions. Well, I still hope they will spend some time to clarify this matter with me, but at the same time, I still do want to wish them all the best in their business expansion. I believe in Good Karma and all of us be blessed too. 🙏🏻 @louisvuitton Perasaan campur aduk antara senang dan kecewa pada saat bersamaan. Saya percaya musisi dan komposer musik di seluruh dunia akan merasa bangga ketika komposisi mereka digunakan oleh merek terkenal di dunia. Namun, dalam kasus saya, merek ini tidak meminta izin atau bahkan tidak menyebutkan judul lagu dan nama saya sebagai pencipta lagu di bagian mana pun dari video atau deskripsi. Yah, saya masih berharap mereka akan meluangkan waktu untuk mengklarifikasi masalah ini dengan saya, tetapi pada saat yang sama, saya masih ingin mengucapkan semoga yang terbaik dalam ekspansi bisnis mereka. Saya percaya pada Karma Baik dan kita semua diberkati juga. 🙏🏻 . . . #gusteja #bali #gustejaworldmusic #hero #flute #louisvuitton #louisvuittonbag #louisvuittoninternational #denpasar #hakcipta #copyright #kemenkumham #denpasar #infodenpasar

Una publicación compartida de Gus Teja (@gusteja_official) el 16 Oct, 2019 a las 3:34 PDT

Puedes escuchar el sonido de una flauta, la cuál se alega se trata de la composición del artista llamada “Hero”, parte de su álbum Flautas de amor que data del 2011.

El músico solicita que se le otorgue el crédito que se merece.

Ha realizado varias publicaciones con las evidencias del posible plagio:

Ver esta publicación en Instagram

It’s a mixed feeling of being both happy and disappointed at the same time. I believe musicians and music composers around the world will feel proud when their compositions is being used by a giant brand. However, in my case, this brand didn’t seek any permission or even credit mentioned the artist in any part of the video or descriptions. Well, I still hope they will spend some time to clarify this matter with me, but at the same time, I still do want to wish them all the best in their business expansion. I believe in Good Karma and all of us be blessed too. 🙏🏻 @louisvuitton Perasaan campur aduk antara senang dan kecewa pada saat bersamaan. Saya percaya musisi dan komposer musik di seluruh dunia akan merasa bangga ketika komposisi mereka digunakan oleh merek terkenal di dunia. Namun, dalam kasus saya, merek ini tidak meminta izin atau bahkan tidak menyebutkan judul lagu dan nama saya sebagai pencipta lagu di bagian mana pun dari video atau deskripsi. Yah, saya masih berharap mereka akan meluangkan waktu untuk mengklarifikasi masalah ini dengan saya, tetapi pada saat yang sama, saya masih ingin mengucapkan semoga yang terbaik dalam ekspansi bisnis mereka. Saya percaya pada Karma Baik dan kita semua diberkati juga. 🙏🏻 . . . #gusteja #bali #gustejaworldmusic #hero #flute #louisvuitton #louisvuittonbag #louisvuittoninternational #denpasar #hakcipta #copyright #kemenkumham #denpasar #infodenpasar

Una publicación compartida de Gus Teja (@gusteja_official) el 17 Oct, 2019 a las 6:48 PDT

La marca no se ha pronunciado al respecto.

El problema con esta situación es que no se trata de la única marca bajo investigación por este tipo de actividades.

Otras marcas como Zara, Forever 21 –recientemente declarada en bancarrota– y H&M han reproducido de manera sistemática los diseños de artistas poco conocidos sin el conocimiento de estos.

No se trata de algo ético pero se hace.

Una respuesta positiva a favor del artista marcaría un valioso precedente para futuros conflictos similares.